Tentang Rayuan Perempuan Gila-nya Nadin
“...Selalu tahu akan ditinggalkan
Namun, Demi Tuhan
Aku berusaha...”
Aku akhirnya kembali memberanikan diri untuk meresapi satu lagi karya Mbak Nadin Amizah; Rayuan Perempuan Gila –Setelah hampir setahun aku menutupnya dengan Menangis Di Jalan Pulang-.
Sebuah karya, yang lagi-lagi sarat makna, kaya kosa kata, dengan diksi-diksi indah persis tariannya. Tapi justru mengundang tangis yang dalam.
Sekali lagi, kita –anu, maksudku aku-, hanya manusia lemah jika harus kembali diingatkan oleh kepergian hal-hal yang kita cintai.
Betapa manusia fana, hal-hal yang dicintainya tak kalah fana. Tapi masih saja memilih mencintai kefanaan itu, daripada Tuhannya sendiri yang justru abadi. Satu-satunya hal yang bisa dicintai tanpa patah hati.
Akhir-akhir ini aku selalu mengaku ikhlas, padahal keinginan menampar seseorang justru semakin jelas. Mereka bilang tak boleh bermain-main dengan kematian seseorang, tapi aku juga tak mungkin membuatmu hidup lagi, kan?
“...Menurutmu, apa benar saat ini kau masih mencintaiku?...”
Kamu apa kabar? Setelah 449 hari di sana, apakah kamu sudah dapat menikmati suasananya? Meski paling menyukaimu, aku adalah manusia yang paling tidak mengenalmu. Jadi aku sungguh-sungguh tidak bisa mengarang kebahagiaanmu di sana, seperti aku mengarang cintamu padaku yang luar biasa itu.
“...Panggil aku perempuan gila...”
Aku menyukai semua kalimat pada bait-bait lagunya, tapi sepertinya aku tak ingin mendengarkannya lagi. Ada banyak luka, dan karena kalimat-kalimatnya, luka yang hampir mengering, kembali basah.
Aku menyukai semua kalimat pada bait-bait lagunya, tapi sepertinya aku tak ingin mendengarkannya lagi. Ada banyak luka, dan karena kalimat-kalimatnya, luka yang hampir mengering, kembali basah.
Pun, air mata yang hampir melupakan pelupuk, kemarin kembali menyapaku setelah sekian lama.
Terima kasih untuk karya indah ini, Mbak Nadin.
Hanya saja, aku lebih memilih melepaskan hal-hal yang sudah semestinya dilepas, dan menemui hal-hal lain yang justru menerimaku tanpa tersiksa oleh kegilaanku.
“...Memang tidak mudah mencintai diri ini,
Namun, aku berjanji akan mereda seperti semestinya...”
Namun, aku berjanji akan mereda seperti semestinya...”
Curup,
Juli 25, 2023
Juli 25, 2023
Komentar
Posting Komentar