Aku Ingin Berbicara Tentang Go Yoo

Sepertinya sudah lama sekali aku tak menyapa halaman ini, meski sejatinya ada banyak sekali rindu yang ingin dituangkan ke sini. Akhir-akhir ini aku baru berhasil menikmati masa-masa setelah sembuh dan kembali jatuh cinta.

Ya, aku jatuh cinta pada cara Tuhanku menuliskan skrip untuk hidupku. Bagaimana Dia mengenalkanku pada berbagai macam luka, tapi juga memberiku banyak hadiah setelah kesembuhanku.

Salah satu dari banyak hadiah itu adalah, aku berkenalan dengan EXO sesungguh itu. Ah sejatinya aku tak ingin membahas ini terlalu banyak di sini, karena ia memiliki halaman tersendiri. Tapi intinya adalah, melalui itu, aku jadi menemukan sosok Go Yoo yang sempat menjadi banyak pertanyaan orang-orang hari ini, di akhir episodenya;

“Kenapa ketika ia dewasa, sifatnya sangat berbeda dengan ia ketika remaja?” 

Sebelum itu, bukankah Sehun telah memerankan sosok ini dengan baik sekali? 

Anu, maksudku yang lainnya juga. Hanya saja, bukankah miliknya terasa terlalu nyata? Si paling tampan dan populer seantero drama All That We Love, si paling peduli ke semua manusia persis bagaimana ia selalu ada untuk hyung-hyungnya, si paling suka-suka saya, si paling disayang oleh semua orang yang mengenalnya, dan masih banyak lagi yang benar-benar membuat kita seolah melihat cuplikan kehidupan nyatanya dia.

Dan kepada Go Yoo a.k.a Sehun, terima kasih telah menemani kami berakhir pekan dengan baik, selama kami menunggu kabar EXO cb yang tak kunjung muncul hilalnya, hihihi.

Nah kembali ke pertanyaan tadi, “Kenapa sifat seseorang bisa berubah drastis selama hidupnya?”

Mungkin karena ia telah menyesap aroma kematian lebih lekat daripada kita. Ada seseorang yang cuek, tak banyak bicara, dan sangat menikmati dunia introvertnya. Tapi beberapa tahun kemudian ketika kembali menemuinya, ia justru menjadi manusia dengan segudang kenyamanannya hidup di antara banyaknya manusia. Ada pula sosok sanguin si ceria dan heboh yang pernah kita kenal sebelumnya, suatu hari ia justru telah lekat pada diam dan tenangnya.

Bukankah itu yang terjadi pada Go Yoo?

Ia sejatinya hancur lebih banyak daripada Jun Hee, yang notabenenya telah kehilangan seluruh anggota keluarganya satu per satu.

Bagaimana ia tumbuh kesepian di rumah sakit sambil menyaksikan orang-orang datang dan pergi dengan tawa dan tangis. Bagaimana ia menyaksikan kematian sahabat pertama yang menemaninya menghabiskan hari-hari, bagaimana ia dikecewakan sedemikian rupa oleh cinta pertamanya, bagaimana nenek sahabatnya yang sudah seperti orang tuanya sendiri pergi untuk selamanya, dan bagaimana sahabat sejatinya yang membuatnya rela mengorbankan apa saja pergi hingga berpuluh tahun setelahnya.

Kadang seseorang yang memutuskan pergi begitu saja, mengira yang ditinggalkannya justru akan hidup lebih baik tanpanya. Padahal nyatanya, yang ditinggalkan tanpa aba justru akan terpuruk luar biasa. Entah akhirnya kebahagiaan terenggut darinya, entah kepercayaan dirinya hilang seutuhnya, entah air matanya mengering hingga tak bersisa. 

Menyaksikan bagaimana senyum Go Yoo yang kembali terbit setelah takdir mempertemukannya kembali dengan Jun Hee, sahabatnya yang telah menghilang tanpa jejak 17 tahun lalu melalui perantara cinta pertamanya, bukankah tampak begitu indah?

Tapi mengingat bagaimana ia survive sendirian selama 17 tahun hingga kepribadian hangatnya melayang entah ke mana, bukankah justru membuat dada sesak teramat?

Meski selama hidup kita takkan pernah terhindar sungguh-sungguh dari luka dan melukai, paling tidak berpamitan dengan sederet alasan yang dapat diterima akal dapat melindungi seseorang dari luka teramat.

Kita hanyalah manusia yang terus bertahan hidup sambil mendekap luka-luka. Tapi semoga, bukan kita penyumbang luka paling parah di jiwa manusia lainnya. Kita takkan pernah tau kapan itu akan sembuh, atau seberapa dalam kita menyayat hatinya.

Atau kalaupun pernah, semoga kita diberi sempat olehNya untuk meminta maaf secara langsung pada sosoknya. Sebab, kesalahan pada manusia hanya dapat diambil redhanya langsung melalui orangnya. Bukankah begitu?

Aku menulisnya di hari Sabtu, 27 Mei 2023, tepat setelah menyelesaikan All That We Loved seluruh episodenya.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Lagi-lagi) Tentang Kebaikan Tuhan

Seperti Halnya Kamu

Tolong Tetap Hidup